smaga
Kabar tentang keberhasilan ilmuwan-ilmuwan dunia melakukan percobaan mengkloning makhluk hidup vertebrata seperti domba yang diberi nama “Dolly, binatang lain, seperti simpanse bahkan katak, dunia seakan kagum, bahkan mungkin menanggap sebuah keajaiban. Lebih lagi ada kabar terbaru bahwa para ilmuwan-ilmuwan yang
berkecimpung pada penelitian kloning tersebut sedang “menciptakan” manusia dari teknologi kloning tersebut. Dunia seakan terkejut. Mungkin juga ada sebagian orang berpikiran bahwa sesungguhnya adalah manusia adalah pusat segala-galanya lewat kemajuan teknologinya, sehingga ragu atau bahkan tidak percaya akan adanya sang Khaliq (Pencipta) alam semesta. Padahal yang kutahu juga, peluang bertahan hidup makhluk yang menggunakan metode kloning bisa dibilang kecil, tetapi tertutupi daripada keberhasilan teknologi yang baru ini. Namun juga terjadi kontroversi seputar kloning terhadap manusia, dilihat dari segi moral dan kegunaannya. Pada paragraf selanjutnya aku berusaha menguraikan pendapatku tentang masalah kloning tersebut dengan menggunakan informasi yang kutahu juga pemikiran logisku.
Pertama-tama aku ingin menjelaskan sedikit tentang teknologi kloning yang kuketahui yang didapat lewat media informasi juga dari info dari teman-temanku. Kloning menurut hasil analisa pemikiranku (yang ku ketahui) adalah sebuah metode atau cara lain dari reproduksi makhluk hidup (bersel banyak) lewat cara yang baru, berbeda dengan reproduksi ”konvensional” dimana makhluk yang baru terbentuk bukan karena pembuahan sel sperma dengan sel ovum yang kemudian berkembang. Tapi sebenarnya menurut informasi yang didapat, sehingga aku menyimpulkan adalah bahwa ilmuwan-ilmuwan tersebut mengabungkan teknologi 'bayi tabung' untuk “menghasilkan” makhluk kembar seperti anak kembar yang lahir dengan 'cara normal'. Namun perbedaan antara metode bayi tabung dengan kloning adalah bahwa bayi tabung masih menggunakan cara normal, yaitu sel induknya baik sperma maupun ovum diambil kemudian kedua jenis sel tersebut ditaruh di “tabung” yang dikondisikan sehingga bisa terjadi pembuahan, kemudian baru hasilnya dimasukkan kembali kedalam rahim induknya. Dengan
metode yang hampir sama dengan bayi tabung, kloning menggunakan sel selain sperma. Sel ini yang berisi informasi DNA dari makhluk yang lain, kemudian hasilnya juga dimasukkan kembali ke induknya (untuk lebih jelasnya dipersilakan untuk mencari referensi tentang teknologi kloning yang lebih lengkap). Aku kira hanya ini yang bisa aku jabarkan mengenai kloning, karena bukan aku ahlinya.
Aku ingin berpendapat atau mungkin tanggapan tentang teknologi kloning itu sendiri, juga pendapat-pendapat orang yang ragu bahkan sekuler tentang keberadaan Sang Khaliq yang Arrahman dan Arrahim. Juga sedikit pendapatku tentang orang-orang yang agak khawatir teknologi kloning akan menghasilkan misalnya, Hitler-Hitler baru yang berbahaya, sehingga aku sedikit berpikir, yang berakhir dengan senyum penuh keyakinan.
Kalau dilihat dari teknologinya, kloning terbilang baru, namun menurut pendapatku bahwa aku melihat konsep kloning itu sudah ada jauh sebelumnya. Yaitu di Al-Qur’an, tepatnya tentang ayat-ayat yang berbicara mengenai penciptaan Adam dan Hawa yang ada di dunia tanpa ayah dan ibu, kemudian juga ayat-ayat mengenai kelahiran Isa putra Maryam, yang lahir tanpa ayah. Dan aku juga berpikir bahwa kloning tersebut tidak berbeda jauh dengan kelahiran anak kembar. Dengan berdasar padanya aku berkesimpulan bahwa kita tidak perlu terkejut, heran atau kagum yang berlebihan menanggapi teknologi kloning tersebut, apalagi menganggap bahwa manusia bukan berasal dari penciptaan. Kalau ada yang bertanya, apalagi jika dia muslim, misalnya “Kok bisa ya?” atau “Dari mana asal ruh makhluk kloning tersebut??”, kalau aku akan balik bertanya “Darimana asalnya ruh Nabi Adam dan Ibu Hawa, yang lahir tanpa orang tua, juga darimana datangnya ruh Isa yang lahir tanpa Ayah???”. Tentu sebagai muslim kita menjawab, dari Allah yang Maha Kuasa―ada ayat yang terjemahnya berbunyi :
(Ali Imran: 59).
Ayat ini menunjukkan bahwa kejadian semua makhluk adalah sama di sisiNya. Dengan begitu kita sadar bahwa kita tetaplah hamba Allah SWT.
Pada paragraf ini aku memberikan pendapat atau tanggapan orang-orang yang khawatir teknologi kloning manusia akan menghasilkan “monster-monster baru”, seperti yang telah aku sebutkan di paragraf sebelumnya bahwa akan muncul Hitler-hitler baru atau juga Stalin dan lain sebagainya. Mungkin, kalau kita pikir sekilas ada benarnya pendapat itu. Namun kalau berpikir kembali, karena aku muslim, aku mencoba menanggapi hal itu. Di dalam Al-quran diberitakan tentang perjanjian antara Allah dengan ruh-ruh manusia yang mengakui bahwa Allah adalah Rabb (Pencipta, Pengatur, Pemelihara) mereka yang terjemahannya:
Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa setiap ruh manusia sudah ada sebelum manusia lahir, sejak manusia pertama hingga manusia terakhir di akhir jaman nanti. Jadi kesimpulannya bahwa setiap manusia mempunyai ruh yang berbeda satu sama lain tidak seperti kepercayaan reinkarnasi. Dan aku juga memiliki argumen lain, bahwa manusia kloning misalnya yang ditakutkan seperti disebutkan diatas belum tentu memiliki karakter yang sama, karena seseorang akan mempunyai karakter tertentu sesuai pendidikan di dalam keluarganya, lingkungannya, dan kondisi daerah dimana dia hidup. Dan aku ingat sebuah hadits rasulullah yang intinya bahwa setiap bayi yang lahir ke dunia dalam keadaan muslim, sedang orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi yahudi, nasrani atau majusi. Dari penjelasan di atas aku akan memberikan contoh. Misalnya memang ada manusia hasil kloning yang selnya diambil dari Hitler atau Stalin namun―misalnya―ia dibesarkan di Afganistan menuntut ilmu kepada para mujahidin Afghan dan dibina di sana. Kemungkinan besar ia tidak menjadi seorang Hitler atau Stalin baru
namun mungkin menjadi seorang Usamah bin Ladin baru bertubuh Hitler atau Stalin. Tapi ini hanya sekedar ilustrasi saja.
Terakhir menurutku, teknologi kloning boleh dikembangkan asal teknologi itu berguna bagi kehidupan manusia contohnya, mencari bibit unggul hewan ternak yang tahan penyakit dan sehat fisiknya, sehingga perlu diperbanyak jenis yang seperti itu. Tapi kalau kloning manusia sampai saat ini aku belum melihat kegunaannya yang jelas bermanfaat dan kecil mudharatnya, bahkan mungkin apa yang dikhawatirkan sebagian orang tentang kloning manusia mungkin bisa saja terjadi, apabila kondisi mereka alami sama seperti kondisi kembaran mereka (seperti sejarah Hitler dan Stalin), belum lagi dilihat dari aspek syari’at atau fikih menurut ulama. Aku kira cukup sekian catatanku mengenai kloning. Dan menurutku IPTEK adalah sebuah media untuk kita mengenal adanya Sang Pencipta Agung, dimana di dalam sebuah ayat yang artinya:
Dan mereka bertanya kepadamu (hai Muhammad) tentang ruh. Katakanlah:
Maka cukuplah jelas bahwa pengetahuan kita tentang misteri kehidupan tetaplah terbatas karena hanya Allah-lah yang mengetahui segalanya. Wallaahu’alam. (dari berbagai sumber)
Komentar :
Posting Komentar
tinGGaLin coMMent yaAAA